Sabtu, 31 Oktober 2015

BERAPA LAMA KITA DI KUBUR ?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan Menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim Sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi,sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965". "Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tanganayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya.

Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya..."Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah?" Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya. "Hmm, berarti neneksudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun ... " Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910" "Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.

"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka " kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?" Ayahnya tersenyum, "Lalu?" "Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur .... ya nggak yah?" Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya ... 36 tahun ... hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi ....136 tahun disiksa .. atau bahagia di kubur .... Lalu ia menunduk ... meneteskan air mata ... Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un ... air matanya semakin banyak menetes.....
Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan.. kalau 2000 tahun lagi ? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?
Ya Allah ...ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya..... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak ... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangatberterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti Sebuah kehidupan... dan apa yang akan datang di depannya...


SUMBER :  http://ceritaceritabagus.blogspot.co.id/2006/12/berapa-lama-kita-dikubur.html

DETIK-DETIK RASULULLAH MENJELANG SAKARATUL MAUT

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang Sakaratul maut,Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning burung-burung gurun pun enggan mengepakkan sayapnya.
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata memberikan petuah:
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum….Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan Khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit Sakaratul Maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril?” Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu,”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“umatku, umatku, umatku”
dan….PUPUSLAH KEMBANG HIDUP MANUSIA MULIA ITU………
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya ?



SUMBER : http://ceritaceritabagus.blogspot.co.id/2006/12/detik-detik-rasulullah-saw-menjelang.html

STAR PRINCIPLE-GOD SPOT


Prinsip Bintang - Sumber Suara Hati

"Kemudian Ia memberinya bentuk (dengan perbandingan ukuran yang baik), dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya. Ia jaadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan (perasaan) hati..."     - QS. 32 Surat As Sajdah (Sujud) Ayat 9 -

"Ia-lah Allah, yang tiada Tuhan selain Ia. Yang tahu akan yang ghaib, dan (tahu akan) yang nyata kelihatan; Ia-lah Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang. Ia-lah Allah, yang tiada Tuhan selain Ia. Sang Raja, Yang Maha Suci, Sumber Kedamaian, Pemelihara Keimanan, Penjaga Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Besar. Maha Kepujian Allah, (jauh) di atas apa yang orang persekutukan Ia. Ia-lah Allah, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pembuat, Pembentuk Rupa, Kepunyaan-Nya nama-nama yang paling indah, Tasbih memuji-Nya segala yang di langit dan di bumi. Ia-lah Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana."    
                                                  -QS. 59 Surat Al Hasyr (Pengusiran) ayat 22-24 - 

Berdasarkan teori anggukan universal dan teori-teori yang membahas kecerdasan emosi, dan menelaah surat As-Sajadah ayat 9 serta Al Hasyr ayat 22-24 di atas, maka dapatlah kiranya ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa suara hati manusia itu pada dasarnya bersifat universal, dengan catatan manusia tersebut telah mencapai titik fitrah (God-Spot) dan terbebas dari segala paradigma dan belenggu.

2. Apabila mencermati surat As Sajadah ayat 9 di mana Allah telah meniupkan ruh ciptaan-Nya yang bersifat mulia kepada manusia, maka sebenarnya Allah telah meniupkan pula keinginanNya ke dalam hati manusia. Hal ini terbukti dengan teori anggukan yang juga didasari oleh surat Al-A'raf ayat 172 yaitu ketika jiwa manusia mengakui dan mengangguk kepada Allah bahwa Allahlah Tuhannya. Anggukan yang membenarkan suara hati itu masih terus berjalan dan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Kecuali hati yang tertutup.

3. Jika dibandingkan dengan literatur-literatur barat yang menjelaskan tentang kecerdasan emosi, maka dapat diketahui dan dirasakan bahwa suara hati itu adalah dorongan dari sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Qur'an, seperti di dalam surat Al Hasyr ayat 22-24. Sebagai contoh, dorongan ingin keadilan, ingin bijaksana, ingin sejahtera, ingin memelihara, ingin menciptakan, dan ingin mengasihi, semua adalah sifat-sifat Allah. Inilah salah satu kunci keceradasan emosi.


sumber : Ginanjar, Ary Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasa Emosi dan Spiritual -ESQ- Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. 2004. Jakarta : Arga. hal 68-69

Jumat, 23 Oktober 2015

MULTIPLE INTELEGENCE



Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Integensi Ganda).
Intelegensi Ganda tersebut meliputi : (1) Kecerdasan Linguistic-Verbal, (2) Kecerdasan Logika-Matematik yang sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) Kecerdasan Spasial-Visual, (4) Kecerdasan Ritmik-Musik, (5) Kecerdasan Kinestetik, (6) Kecerdasan Interpersonal, (7) Kecerdasan Intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) Kecerdasan Naturalis.
1.      Kecerdasan Linguistik-Verbal
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktifitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis.
2.      Kecerdasan Logika-Matematik
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Kecerdasan ini amat penting karena membantu mengembangkan ketrampilan berpikir dan logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Disamping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola dan hubungan, mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
3.      Kecerdasan Spasial-Visual
Kecedasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya.
4.      Kecerdasan Ritmik-Musik
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh music. Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf).
5.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek atau menciptakan gerak.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya.
8.      Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini adalah kemapuan mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya.
9.      Kecerdasan Ekstensial ( Kecerdasan Makna)
Yaitu anak belajar sesuatu dengan melihat gambaran besar, “Mengapa kita di sini?”, “Bagaimana posisiku dalam keluargaku?”,
Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi dunia dengan kebutuhan untuk belajar.


sumber : Muna, Bunda, Rahasia Membuat Anak Jenius dan Berkarakter Positif. 2013. Klaten : Galamas Publisher.

Selasa, 20 Oktober 2015

SALAM MIN BA'ID

Ya Allah, aku bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang Kau berikan padaku
Maafkan dan ampuni segala kelalaianku padaMu
Ya Allah, aku tiada berdaya atas semua ini
Kau pemilik jiwa ragaku
Kau pengatur hidup dan matiku
Aku berserah diri padaMu

Ya Allah, ampuni segala kehinaanku
Tiada mampu aku melangkah tanpa petunjukMu
Ridhoilah setiap langkah dan gerakku
Jangan biarkan aku tersesat jauh dariMu

Ya Allah Ya Robb
Bimbinglah aku untuk menjalankan setiap amanah yang Kau berikan
Lindungi aku dari segala fitnah
Lindungi aku dari segala marabahaya

Ya Allah, dekaplah aku selalu dalam kasihMu
Air mataku adalah pelipur laraku
Kau curahan hatiku
Penenang hati dalam setiap dukaku

Ya Allah, jadikan aku seperti hambaMu yang Kau beri nikmat
Ridhoilah hidup dan matiku hingga kelak berjumpa denganMu
Ya Allah, cukupkanlah apa yang Kau berikan padaKu
Jagalah diriku, jagalah hatiku, jagalah nafsuku....
Hanya Engkaulah penolongku, sebaik-baik penjaga bagiku.....

Segala Puji Bagi-Mu Ya Allah....
Terima kasih atas semuanya....
Atas bimbinganMu yang semoga tetap Kau berikan padaku...
Hingga kelak aku kembali padaMu

Terima kasih Kau telah mengirimkan hambaMu
Sebagai perantara pengingatku padaMu
Ya Allah, tetapkan hatiku padaMu
Cintaku pada semuanya
Tetapkanlah hanya karenaMu.....

Sampaikan salamku pada orang-orang yang kucintai karenaMu....
Hanya Kaulah yang mengetahui isi hatiku...
Jagalah hatiku, jagalah niatku Ya Allah.....
Pertemukanlah kami dalam keridhoanMu....
Aamiin....


Senin, 19 Oktober 2015

SARAN DAN APLIKASI ZERO MIND PROCESS

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam hangat buat sahabat semuanya ...

Postingan ini diambil dari buku yang berjudul "Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spritual ESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam", karya Ary Ginanjar Agustian.

Apabila memiliki sesuatu masalah atau peluang, sebelum memberikan respon, segera kenali dulu diri kita .

1. Apakah anda sering berprasangka negatif pada orang lain, ubahlah. Ganti dengan prasangka baik.
2. Apakah anda terpengaruh oleh prinsip-prinsip yang ada di lingkungan anda, hati-hati, kadang prinsip tersebut menyesatkan. Prinsip kita hanyalah Allah SWT, sebagai pedoman.
3. Periksalah pikiran anda, apakah masih ada pengalaman-pengalaman yang mempengaruhi cara pandang anda? Lupakanlah, mulailah dengan zero mind (fitrah).
4. Dalam mengambil keputusan apakah anda terpengaruh dengan "vested interest" anda? Dengarlah suara hati, berpikirlah melingkar (berpikir dengan mempertimbangkan berbagai aspek) dan bijaksana, baru tentukan prioritas, lalu sesuaikan dengan visi anda!
5. Apabila melihat suatu permasalahan, lihatlah dari seluruh sisi sudut pandang, jangan hanya dari satu sisi, melingkarlah.
6. Jangan membandingkan sesuatu dengan persepsi pikiran anda sendiri, keluarlah dari persepsi diri anda. Lihatlah diri kita dari luar.
7. Apabila anda membaca literatur-literatur, ambillah sisi positifnya, bandingkan dengan suara hati anda, jika sesuai maka itulah yang disebut anggukan universal, kebenaran akan ketetapan Allah.
8. Latihlah suara hati yang mendorong anda berpikir jernih, dengan selalu melakukan latihan 'repetitive magic power", atau bertasbih, mengucapkan Subhanallaah, sambil mengingat kesucian Allah.

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan hatinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya." QS. Qaaf (50):16

Teruslah berlatih sehingga mata hati anda akan terbuka dan akhirnya mampu mendengar suara hati itu dengan jelas. Lama kelamaan suara itu akan menjadi sahabat anda, yang selalu memberi informasi yang maha penting. namun tentu saja pergunakan sarana logis, yaitu otak sebagai pengolah. Tetapi hati-hati, otak itu sendiri pun harus bebas polusi dan suci hama.

Catatan : Ingatlah, di dalam mendengar suara hati, anda harus melakukan 99 Thinking Hats (berpikir melingkar), harus mengetahui dan mempertimbangkan suara-suara hati yang lain, Sederhananya, suara hati untuk adil dan bijaksana juga harus didengar.

Wallahu a'lam bishshowab.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Minggu, 18 Oktober 2015

SEKUNTUM NASEHAT

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Silaturrahim buat semuanya...
Apa kabar sahabat semua ??

Kali ini penulis ingin sedikit berbagi tulisan setelah membaca kitab Nashaihul Ibad, karya Ibnu Hajar Al Asqalani.  Semoga Bermanfa'at.

Disebukan pada Bab III, Makalah kedelapan sebagai berikut :

Dari Abu Hurairah ra. Nama aslinya adalah Abdur Rahman bin Shawin. Abu Hurairah berarti bapaknya kucing karena beliau sangat menyayangi kucing, sehingga kadang-kadang pada lengan jubahnya terdapat beberapa anak kucing.
Abu Hurairah mengatakan, Nabi SAW telah bersabda :
Ada tiga hal yang dapat menyelamatkan (dari siksa), ada tiga hal yang dapat merusak diri sendiri, ada tiga hal dapat menjadi sebab memperoleh kedudukan yang tinggi (di akhirat) dan ada tiga hal yang dapat menghapus dosa.

Tiga hal yang dapat menyelamatkan manusia dari siksaan Allah adalah :
1. Takut kepada Allah Ta'ala secara rahasia dan secara terang-terangan.
2. Sederhana dalam kehidupan dunia baik di saat fakir maupun di saat kaya.
3. Adil antara senang dan marah.

"Adil antara senang dan marah maksudnya senang, suka, ridha, cinta hendaklah karena Allah, marah pun karena mencari keridhaan Allah.

Tiga hal yang dapat merusak diri sendiri, adalah :
1. Sangat kikir
2. Mengikuti hawa nafsu
3. Memandang dirinya dengan pandangan yang sempurna, tanpa memandang akan kenikmatan Allah

Sedangkan tiga hal yang dapat menjadi sebab memperoleh kedudukan yang tinggi di akhirat nanti, adalah :
1. Membudayakan salam
2. Memberi makan kepada tamu dan orang yang lapar
3. Shalat tahajjud di tengah malam saat orang-orang sedang tidur nyenyak

Adapun tiga hal yang dapat menghapus dosa adalah :
1. Menyempurnakan wudhu di waktu udara sangat dingin
2. Melangkahkan kaki menuju sholat berjama'ah
3. Menunggu shalat sesudah melaksanakan sholat

"Menunggu sholat sesudah sholat ialah menunggu untuk melaksanakan sholat fardhu berjama'ah sesudah melakukan sholat sunnah atau melaksanakan kebaikan."

Sekian, sekedar pengingat khusunya buat penulis. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang dapat merusak diri sendiri, dan semoga kelak diselamatkan oleh Allah, diampuni dosa-dosa kita, dan memperoleh kedudukan yang tinggi kelak di akhirat. Aamiin...

Selamat Beraktifitas .....
Wassalamu'alaikum wr. Wb.

Sabtu, 17 Oktober 2015

FILSAFAT LIMA JARI

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sahabat, pernahkah kita mendengar tentang Filsafat Lima Jari...
Kali ini, saya ingin mengajak mengingat kembali tentang Filsafat Lima Jari yang semoga bisa menjadi sepiring sarapan motivasi bagi hidup kita...

1. JARI KELINGKING
    Bentuk jari kelingking paling kecil dibanding jari yang lain. Kecil, imut, inilah gambaran dari kehidupan kita sewaktu masih bayi atau balita. Ketika itu masih lucu, imut, menggelitik dan menggemaskan.

2. JARI MANIS
    Jari manis adalah pilihan pertama ketika kita mengenakan cincin. Tidak lain karena jari manislah yang paling manis dan paling cantik untuk dikenakan cincin. Ini adalah gambaran ketika usia kita menginjak remaja. Masa remaja merupakan masa-masa yang paling indah. Saat -saat pertama kita mulai mengenal fashion untuk mempercantik dan memperindah diri. Semuanya akan nampak indah, dan yang diinginkan hanyalah yang indah dan manis, tanpa pikir panjang masa yang akan datang, walau tanpa disadari itu bisa jadi hanya fatamorgana saja. Padahal saat inilah yang menjadi sarana bagi remaja untuk membekali diri dengan menuntut ilmu, menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman guna menjalani kehidupan selanjutnya.

3. JARI TENGAH
    Jari tengah adalah jari yang ukurannya paling tinggi diantara jari yang lain. Ini gambaran ketika kita sudah menginjak masa-masa usia yang paling produktif, artinya saat inilah apakah kita sudah mampu menghasilkan karya-karya yang dapat memberikan manfaat bagi sesama, apakah diri kita sudah mampu memberikan hal-hal terbaik yang berguna bagi masyarakat ?
Jangan sampai kita hanya menjadi beban dalam masyarakat atau bahkan kita menjadi sampah bagi mereka. Na'udzubillah. Ya kalau sampah itu dapat didaur ulang, kalau tidak, maka akan menjadi berbagai macam polusi. Na'udzubillah min dzaalik.
Maka dari itu masa jari tengah ini adalah kelanjutan dari masa jari manis. Jika di masa jari manis kita dapat benar-benar menggunakan waktu dengan baik untuk menuntut ilmu, menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman, maka kita berharap ketika datang masa jari tengah kita dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

4. JARI TELUNJUK
     Jari telunjuk sesuai dengan fungsinya yaitu untuk menunjuk. Maka jari telunjuk ini adalah gambaran ketika usia kita menginjak dewasa. Dengan bekal yang diperoleh ketika masa jari manis dan jari tengah maka ketika datang masa dewasa ini kita harus mampu memberikan petunjuk kepada generasi kita, anak cucu kita, mana yang baik dan mana yang buruk. Kita mampu memberikan arahan kepada mereka sesuai pengalaman yang kita peroleh. Tentunya arahan menuju yang lebih baik.

5. JARI JEMPOL
    Jari Jempol adalah jari yang berfungsi sebagai isyarat ungkapan suatu apresiasi. Jika apresiasi baik, maka diisyaratkan dengan jari jempol mengarah ke atas, namun jika apresiasi tidak baik, maka diisyarakan dengan jari jempol mengarah ke bawah. Ini adalah gambaran di akhir kehidupan kita, apakah di akhir kehidupan kita kelak khusnul khotimah atau sebaliknya. Jika akhir kehidupan kita baik maka orang lain akan mengapresiasi dengan jari jempol mengarah ke atas, tapi sebaliknya jika akhir kehidupan kita tidak baik, orang lain akan mengapresiasi dengan jari jempol mengarah ke bawah. Na'udzubillah min dzaalik..


Itulah sahabat sekedar pengingat bagi kita, khusunya bagi penulis. Semoga kita mampu memanfaatkan waktu dengan baik, berlomba-lomba memberikan kebaikan, melakukan hal-hal yang terbaik, dan semoga kita kelak berjumpa denganNya dalam keadaan khusnul khotimah...Amiin yaa robbal Aalamiin...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


ANCAMAN RADIKALISME AGAMA PADA GENERASI MUDA




Disampaikan pada acara workshop Guru PAI se-Malang Raya
di Sekolah Tinggi Agama Islam “Ma’had Aly” Al Hikam Malang
Tanggal 08 Oktober 2015
Oleh : Prof. Dr. Kasuwi Saiban, M.Ag


A.      Pendahuluan
Agama Islam diturunkan dengan membawa misi “rahmatan lil alamin” (membawa rahmat untuk seluruh alam), sebagaimana firman Allah pada surat al-Anbiya’ ayat 107 :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء : 107
Artinya : “dan tiadalah engkau (Muhammad) Kami utus kecuali untuk memberi rahmat ke seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’ : 107).
Dalam mengemban misi “rahmatan lil alamin” ini sering kita dengar kisah Nabi yang selalu mengedepankan prinsip kasih sayang dari pada permusuhan. Misalnya ketika beliau berhasil menguasai kota Makkah setelah diusir oleh kafir quraisy, sehingga beliau harus menetap di Madinah. Pada saat penguasaan kembali kota Makkah ini (yaumul fath) beliau punya kesempatan yang sangat besar untuk melampiaskan dendam kepada kafir quraisy, akan tetapi yang terjadi beliau bukan melakukan balas dendam, dan sebaliknya beliau malah menyebarkan kedamaian dan kasih sayang “al yaum yaumul marhamah” hari ini adalah hari kasih sayang (Ibnu Hajar al-Atsqolani, Fathul Bari, Juz 8 hal. 9).
Misi Islam yang penuh kedamaian ini sering dipadamkan oleh kelompok tertentu dengan berkedok pada Islam, namun mereka mendakwahkan Islam dengan cara kekerasan. Kelompok ini yang kemudian disebut dengan “radikalisme”. Akhir-akhir ini kelompok tersebut sering menjadi sorotan tajam karena menempuh cara kekerasan dalam berdakwah, sehingga banyak orang  salah pandang dalam melihat Islam. Islam identik dengan kekerasan; Islam identik dengan bom bunuh diri, bahkan Islam identik dengan pembunuhan masal. Kelompok ini sekarang banyak mewarnai kalangan generasi muda yang nota bene pikirannya masih labil.
Atas dasar fenomena tersebut tulisan singkat ini akan membahas masalah :
(1) Kapan munculnya radikalisme dalam Islam ?
(2) Mengapa muncul radikalisme dalam Islam ?
(3) Mengapa radikalisme merebak di kalangan generasi muda ?
(4) Bagaimana mencegah radikalisme di kalangan generasi muda ?

B.      Munculnya radikalisme dalam Islam
Sebenarnya “radikalisme” sudah muncul sejak Nabi masih hidup, dalam sebuah riwayat hadis sahabat Jabir menceritakan sebagai berikut :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجِعْرَانَةِ مُنْصَرَفَهُ مِنْ حُنَيْنٍ وَفِي ثَوْبِ بِلَالٍ فِضَّةٌ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبِضُ مِنْهَا يُعْطِي النَّاسَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اعْدِلْ قَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ لَقَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَقْتُلَ هَذَا الْمُنَافِقَ فَقَالَ مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ يَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنِّي أَقْتُلُ أَصْحَابِي إِنَّ هَذَا وَأَصْحَابَهُ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْهُ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ (مسلم)
Artinya : Dari sahabat Jabir bin Abdillah, beliau berkata, ada seorang lelaki yang mendatangi Rasulullah SAW di Ji’ranah setelah perang hunain (ketika itu) di dalam pakaian Bilal terdapat selaka dan Rasulullah SAW menggenggamnya terus memberikan kepada manusia. Kemudian laki-laki tersebut berkata : “Wahai Muhammad berbuat adillah !, beliau menjawab, celaka engkau siapa lagi yang berbuat adil jika aku tidak berbiat adil, sungguh engkau merugi jika aku tidak berbuat adil. Maka Umr bin Khatthab ra. Berkata, biarkan aku bunuh  orang munafiq ini ya Rasulullah ! Rasul menjawab : Kita berlindung kepada Allah dari omongan manusia bahwa aku telah membunuh sahabat saya sendiri. Orang ini dan sekelompoknya membaca Qur’an yang tidak membekas di tenggorokan mereka dan melewatinya seperti anak panah yang keluar dari busurnya” (HR. Muslim).
            Dari riwayat hadis di atas dapat diketahui bahwa kelompok radikal sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Hanya saja mereka belum begitu nampak karena kondisi masih terkendali dan Rasulullah bisa menetralisir. Selanjtnya pada masa sahabat kelompok ini banyak bermunculan karena ketidak puasan mereka terhadap kebijakan yang diambil oleh pemimpin mereka, misalnya khawarij muncul karena tidak puas dengan keputusan Ali ra. yang menyetujui “tahkim” dengan Muawiyah di saat menjelang kemenangan tentara Ali ra. kelompok ini ditengarai menjadi salah satu sumber radikalisme pada masa sahabat.

C.      Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme dalam Islam
Banyak faktor yang menyebabkan munculnya radikalisme, antara lain :
  1. Karena ketidak-puasan terhadap supremasi hukum
Seperti yang terlihat pada hadis riwayat sahabat Jabir di atas, bahwa ada seorang laki-laki yang protes kepada Nabi karena Beliau dianggap tidak berbuat adil, sekalipun Nabi adalah  orang yang paling adil. Hal ini menunjukkan bahwa ketidak-puasan seseorang bisa menimbulkan reaksi negatif  yang mengarah pada radikalisme. Oleh karena itu masalah supremasi hukum ini Rasulullah benar-benar menempatkan pada posisi yang sangat penting dalam pranata sosial. Sebagaimana Beliau tegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah sebagai berikut :
“Sesungguhnya sekelompok orang Quraisy datang kepada Rasulullah untuk memintakan keringanan/pembebasan hukuman kepada salah seorang penggede mereka karena kasus pencurian. Usamah bin Zaid kala itu mewakili mereka untuk menghadap Rasulullah saw. dengan menyampaikan permasalahan tersebut. Setelah mendengar aduan Usamah bin Zaid, Rasulullah bersabda : Apakah kalian minta keringanan/pembebasan dari hukum Allah ? kemudian Beliau berpidato : Rusaknya umat sebelum kalian adalah, jika  penggede mereka mencuri maka dibiarkan tanpa dikenai sanksi hukum. Sebaliknya jika rakyat kecil mencuri maka hukum ditegakkan. Demi Allah andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri pasti aku potong tangannya (HR Bukhori, hadis nomor 2505)”
Dari riwayat hadis di atas nampak jelas bahwa supremasi hukum benar-benar ditegakkan oleh Rasulullah, tanpa ada perbedaan di mata hukum antara rakyat jelata dan pembesar, bahkan antara anak/keluarga dan orang lain harus diperlakukan sama.
Kenyataan yang terjadi sekarang adanya perbedaaan perlakuan hukum yang mencolok  di antara mereka yang kuat dengan mereka yang lemah. Hukum menjadi tumpul ketika menghadapi orang kuat, dan menjadi tajam ketika menghadapi orang lemah. Inilah yang merupakan salah satu faktor munculnya kelompok radikal dalam Islam. Kelompok ini seakan menuntut keadilan atas peristiwa hukum yang mengabaikan keadilan dalam peradilan yang banyak ditemui di masyarakat dewasa ini.
  1. Karena sempitnya pemaknaan qur’an dan sunnah :
Memahami ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah tidak bisa hanya secara harfiyah tanpa dikaitkan dengan dalil-dalail yang lain. Al-Qur’an dan sunnah ibarat apotik yang hanya menjual obat, masalah penggunaan obat tersebut urusan dokter, dan bukan tanggung jawab apotik. Oleh karena itu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an harus dikaitkan dengan ayat yang lain, dikaitkan dengan sunnah, asbabun nuzul, asbabul wurud, pendapat para sahabat, dan dalil-dalil hukum yang lain agar pemahaman ayat tersebut bisa secara konphrehensif , integratif, dan utuh.
Contoh pemahaman surat al-Maidah ayat 44 :
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ  [المائدة/44]
          Artinya : “Barang siapa yang tidak menggunakan hukum yang diturunkan Allah maka mereka adalah (termasuk) orang-orang kafir” (QS. Al Maidah : 44).
            Ayat di atas jika dipahami secara harfiyah dan parsial tanpa dikaitkan dengan dalil-dalil yang lain pasti bermakna yang terkesan keras. Menurut salah satu aliran;  siapapun yang berhukum selain yang tertuang dalam ayat al-Qur’an dan sunnah rasul maka orang tersebut kafir. Karena kafir maka menurut aliran tersebut halal darahnya, bahkan halal juga hartanya (sebagai harta rampasan perang). Aliran ini lebih suka memaknai Islam pada label luarnya, bukan esensi dalamnya, sehingga ketika memaknai hukum ya harus ada label Islam bukan esensi dalam pasal-pasal yang ada. Padahal dalam hukum Islam sebenarnya yang penting esensi dalamnya, tidak perlu ada undang-undang anti korupsi Islam, karena anti korupsi otomatis hukum Islam.
Contoh lain, masalah pemaknaan sunnah terkait dengan riwayat hadis dari Abu Hurairah dan Ibnu Umar sebagai berikut  :
Dari Abu Hurairah ra.: “Bagian kain sarung yang terletak di bawah kedua mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Bukhori).
Bandingkan dengan hadis berikut :
Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Allah tidak akan melihat kepada orang yang menarik pakaiannya dengan sombong” (HR. Bukhori)
            Hadis yang pertama jika dimaknai secara terpisah tanpa dikaitkan dengan hadis kedua maka yang terjadi adalah makna radikal; wajib meninggikan pakaian/ celana sampai di atas mata kaki. Sedangkan jika hadis tersebut dimaknai secara utuh dikaitkan dengan hadis kedua maka makna maqashid syar’iyyah (tujuan syariat/motivasi hukum) dari hadis tersebut tidak bisa lepas; yaitu sombong. Kesombongan inilah yang menjadi asbabul wurud (sebab munculnya hadis) tersebut. Oleh karena itu menurut makna yang utuh larangan pakaian yang melebihi mata kaki tersebut karena kesombongan, dan bukan semata-mata karena pakaiannya.
Demikian pula hadis yang terkait dengan printah memelihara jenggot dan mencukur kumis sebagaimana riwayat hadis :
“Berbedalah dengan orang-orang musyrik. Potong pendeklah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim)
Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot dan berbedalah dengan Majusi.” (HR. Muslim)
Dua hadis tersebut jika dimaknai secara tekstual maka terjadilah pemahaman yang radikal; yaitu kewajiban memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis. Akan tetapi jika hadis tersebut difahami secara utuh maka ada motivasi hukum di balik printah memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis; yaitu agar umat Islam berbeda dengan orang musyrik dan orang majusi yang saat itu mereka memendekkan jenggot dan memanjangkan kumis. Jika saat itu orang majusi dan musyrik memanjangkan kumis dan memendekkan jenggot maka bagaimana halnya jika kondisi sekarang  mereka juga memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis ? Oleh karena itu makna radikal tentang wajib memanjangkan jenggot dan memendekkan kumis perlu ditinjau ulang jika kita memahami hadis tersebut secara utuh.
Printah memotong kumis dan memanjangkan jenggot di atas agar tidak menyamai orang musyrik dan Majusi yang saat itu memanjangkan kumis dan memotong jenggot. Sekarang orang-orang musyrik memanjangkan jenggot dan memotong kumis  juga...?
  1. Karena  Terjebak pada Soleh Ritual
Islam adalah agama yang sempurna mencakup hubungan ritual (hablum minallah) dan hubungan sosial/non ritual (hablum minannas). Oleh karena itu jika orang Islam hanya beramal shaleh secara ritual tanpa diimplementasikan  dalam soleh sosial maka biasanya terjadi perilaku keras yang cenderung pada radikalisme. Mereka shalat hanya secara ritual, yang penting memenuhi syarat rukunnya tanpa menghayati bahkan mengimplementasikan dalam kehidupan riil dari ajaran shalat yang telah dilakukan secara ritual. Akhirnya mereka berfaham bahwa orang shalat, puasa, dan haji tidak ada hubungannya dengan printah berbuat baik dengan orang lain. Pemahaman seperti ini akan membawa seseorang pada fokus ibadah ritual dengan mengabaikan ibadah sosial, cukup soleh ritual dengan mengabaikan soleh sosial, sehingga seseorang tidak merasa penting untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, akhirnya muncullah perilaku keras kepada orang lain yang mengarah pada radikalisme.
Terkait maslah ini Rasulullah saw. pernah menyindir dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat Ali ra. sebagai berikut :
“Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “akan muncul kaum dari umatku, mereka membaca al-Qur’an yang tidak sama dengan bacaan kalian, shalat mereka juga tidak sama dengan shalat kalian, puasa mereka juga tidak sama dengan puasa kalian, mereka membaca al-qur’an dengan mengira akan mendapat (pahala), akan tetapi malah menjadi beban. Shalat mereka tidak membekas sama sekali, seperti anak panah yang melewati lubang busurnya” (HR. Muslim).
Hadis di atas menegaskan adanya sekelompok manusia dari ummat Muhammad yang hanya menekankan aktivitas ritual tanpa diimbangi dengan implimentasi dalam kehidupan sosial. Mereka hanya mementingkan hablumminallah tanpa menghiraukan hablum minannas, mereka hanya sholeh ritual tanpa memperhatikan sholeh sosial.
Ingat Pembunuh Ali adalah Abd. Rahman bin Muljam yang hafal al-Qur’an dan keningnya hitam karena banyak sujud.
Semoga Allah menjauhkan kita dari kelompok2 tersebut, Semoga Allah membimbing kita ke jalan yang diridhoi Nya menuju Islam rahmatan lill alamin

D.      Faktor Penyebab Radikalisme Merebak di Kalangan Generasi Muda
1.      Karena pemuda pada posisi usia yang labil
Para psikolog menggolongkan umur remaja/pemuda menjadi tiga tahap; yaitu 12-15 (tahap pertama), 15-18 (tahap kedua), 18 sd 21 (tahap ketiga) Pada masa-masa tersebut pikiran mereka cenderung labil, sering kosong, sehingga mudah dimasuki hal-hal baru yang menurut mereka lebih menarik. Dari situ doktrin pemahaman Islam yang radikal mudah ditanamkan oleh kelompok tertentu yang memang membidik mereka. Akhirnya dalam kondisi pikiran yang kosong mereka menerimanya mentah-mentah tanpa banyak berpikir, sehingga mereka masuk dalam aktivitas-aktivitas yang radikal.
2.      Karena sempitnya pemahaman tentang Islam
Gerakan memahami Islam di kalangan generasi muda cenderung mengalami perkembangan yang menyenangkan, terutama di sekolah dan kampus. Para pemuda/siswa/mahasiswa ingin mendalami Islam secara serius, bahkan di antara mereka ada yang melupakan bidang studi pilihannya. Mereka beranggapan bahwa ilmu yang sedang dipelajari tidak ada relevansinya dengan Islam, sehingga mereka melupakan bidang ilmu yang dipilih dan lebih asyik mempelajari ilmu-ilmu keislaman dalam arti yang sempit. Padahal kalau mereka tahu sebenarnya semua ilmu ada relevansinya dengan Islam. Islam tidak mengenal dikotomi ilmu, semua ilmu adalah milik Allah, baik ilmu yang Qur’aniyah maupun yang Kauniyah. Oleh karena itu apa pun bidang ilmu yang ada sebenarnya merupakan ilmu Islam. Pola pemahaman Islam yang sempit ini akibat dari keterbatasan mereka dalam memahami ayat Qur’an atau Hadis hanya dari sisi ontologi tanpa melihat epistemologinya, hanya dari sisi teks tanpa melihat konteksya. Seperti mereka mewajibkan berjenggot dan mengharamkan pakaian di bawah mata kaki sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan mereka hanya melihat Islam secara ritual tanpa terurai dalam aktivitas sosial, seperti hadis riwayat Imam Muslim yang telah disebut di atas. Yang lebih ngeri lagi mereka menghalalkan darah sesama muslim karena salah dalam memahami ayat 44 surat al-Maidah sebagaimana yang telah disebut di atas. Karena pemahaman mereka tentang Islam yang sangat sempit itulah yang menyebabkan mereka terjebak dalam radikalisme yang menyesatkan.
3.      Karena sikap “al-i’jabu fi al-ra’yi” (mengagumi pendapatnya)
Sebagai akibat dari pemahaman Islam yang sangat sempit tersebut muncul sifat “ali’jabu fi alra’yi” pada diri mereka. Mereka menganggap hanya pendapatnya saja yang benar, pendapat orang lain semua salah, sehingga mereka tertutup untuk menerima masukan dari orang lain. Padahal para imam madzhab terdahulu sudah memberi statemen yang sangat indah, mereka katakan :
رأينا صواب يحتمل الخطأ ورأي مخالفنا خطأ يحتمل الصواب
 “Pendapat kami adalah sebuah kebenaran yang boleh jadi mengandung kesalahan, dan pendapat orang lain adalah sebuah kesalahan yang boleh jadi mengandung kebenaran.  
Statemen ini sangat penting untuk kita pegangi di saat banyak orang yang hanya membanggakan pendapatnya tanpa menghiraukan pendapat orang lain seperti yang terjadi pada kelompok-kelompok yang ditengarai mempunyai faham sangat ekstrim di kalangan generasi muda dewasa ini. Karena pemahaman mereka tentang Islam yang apriori dan sangat ekstrim itulah yang menyebabkan mereka terjebak dalam radikalisme yang menyesatkan.

E.      Mencegah Radikalisme Di Kalangan Generasi Muda
Cara yang bisa kita tempuh untuk mencegah radikalisme di kalangan generasi muda antara lain :
1.      Perlu memahamkan bahwa Islam adalah agama kasih sayang
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi sbb :
عن عبد الله بن عمرو قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء (رواه الترميذي)
Artinya : “dari Abdullah bin Umar r.a, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda : orang-orang yang berkasih sayang maka Yang Maha Pengasih akan mengasih-sayangi. Berkasih sayanglah kalian terhadap  yang ada di bumi niscaya yang di langit akan mengasihi kalian” (HR. Tirmidzi).
Jelaslah hadis di atas bahwa Rasulullah memerintahkan kepada semua manusia untuk saling berkasih sayang sehingga Allah akan memberi kasih sayang kepada mereka. Dari sini dapat dipahami bahwa Islam adalah agama kasih sayang dan bukan kekerasan seperti yang dilakukan kelompok radikal.
2.      Perlu memahamkan bahwa Islam agama yang Kaffah
Dosen agama mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada para pemuda tentang Islam secara kaffah. Sebagaimana firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 208 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman masukklah Islam secara utuh, dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan adalah musuh kalian semua”. (QS.2:2018).
Masuk Islam secara utuh bisa diartikan memahami Islam secara komprehensif, tidak parsial. Dalam memahami sebuah dalil seseorang harus mengkaitkan dengan dalil-dalil yang lain; ayat dengan ayat yang lain, ayat dengan hadis; hadis dengan hadis, hadis dengan pendapat para sahabat, juga dikonfirmasi dengan pendapat para ulama’ salaf, sehingga didapatkan pemahaman yang utuh. Pendek kata dalam memahami Islam harus menggunakan epistemologi yang benar sesuai dengan kaidah-kaidaah ushul yang telah ditetapkan oleh para ulama’ terdahulu, sehingga tidak terjadi pemahaman yang mengarah pada radikalisme.
3.      Perlu optimalisasi peran orang tua, tokoh masyarakat, dan guru
Untuk mencegah radikalisme di kalangan generasi muda, maka orang tua, tokoh masyarakat, dan guru harus berperan secara optimal. Mereka harus membimbing putera-puteri/pemuda-pemudi secara tekun dan sabar serta bersikap lemah lembut agar mereka tidak terjerumus pada faham radikalisme. Karena radikalisme yang notabene mengarah pada kekerasan adalah faham Islam yang menyimpang. Sebagaimana kita tahu bahwa Islam adalah agama rahmat, santun, dan kasih sayang, sehingga tindak kekerasan dalam Islam sama sekali tidak dibenarkan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut langkah yang paling efektif adalah melalui pembinaan secara “hikmah wa al mauidhoh al hasanah” sebagaimana firman Allah :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ  [النحل/125]
“Berda’walah menuju jalan Tuhanmu secara hikmah (lemah lembut) dan tutur kata yang bagus”(QS. 16;125)

F.       Kesimpulan

1.      Radikalisme sudah muncul sejak Nabi masih hidup
2.      Faktor penyebab munculnya radikalisme dalam Islam dikarenakan :
a.       Ketidak-puasan atas lemahnya supremasi hukum
b.      Sempitnya pemahaman tentang Qur’an dan Sunnah
c.       Terjebak hanya pada sholeh ritual
3.      Faktor penyebab radikalisme merebak di kalangan generasi muda karena:
a.       Pemuda pada posisi usia yang labil
b.      Sempitnya pemahaman tentang Islam
c.       Sifat “al-i’jabu fi al-ra’yi” (mengagumi pendapatnya)
4.      Mencegah  radikalisme di kalangan generasi muda dengan :
a.       Memahamkan bahwa Islam adalah agama kasih sayang
b.      Memahamkan bahwa Islam adalah agama yang Kaffah
c.       Optimalisasi Peran orang tua, tokoh masyarakat, dan guru